Sabtu, 17 September 2011

BAKTERI ANAEROB

Infeksi anaerob adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang didalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak membutuhkan oksigen. Bakteri anaerob dapat menginfeksi luka dalam, jaringan yang terletak lebih dalam dan organ-organ internal yang sangat sedikit membutuhkan oksigen. Infeksi ini sangat khas yaitu pembentukkan abses berisi cairan nanah yang berbau busuk disertai kerusakkan jaringan.


Deskripsi

Anaerob artinya “hidup tanpa udara”. Bakteri anaerob berkembang pada tempat-tempat yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung oksigen. Kuman-kuman ini normalnya ditemukan di mulut, saluran pencernaan dan vagina serta pada kulit. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri anaerob antara lain gas gangren, tetanus dan botulisme. Dan hampir semua infeksi yang terjadi pada gigi disebabkan oleh bakteri anaerob.
Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi jika barier (sawar) normal (seperti kulit, gusi dan dinding usus) mengalami kerusakkan akibat pembedahan, jejas atau penyakit. Biasanya sistem kekebalan tubuh akan membunuh bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi kadang-kadang bakteri tersebut mampu berkembang dan menyebabkan infeksi. Bagian tubuh yang mengalami kerusakkan jaringan (nekrosis) atau suplai aliran darahnya sedikit merupakan tempat-tempat yang disenangi oleh bakteri anaerob untuk tumbuh dan berkembang karena miskin akan oksigen. Keadaan yang kurang mengandung oksigen dapat disebabkan karena penyakit pembuluh darah, keadaan syok, trauma/cedera dan tindakkan pembedahan.

Bakteri anaerob dapat menyebabkan infeksi di seluruh bagian tubuh. Misalnya:
Mulut, kepala dan leher. Infeksi dapat terjadi pada saluran akar gigi, gusi, rahang, tonsil, tenggorok, sinus-sinus dan telinga.

Paru. Bakteri anaerob menyebabkan pneumonia, abses paru, infeksi pada salaput pembungkus paru (empiema) dan pelebaran bronkhus pada paru (bronkiektasis).

Rongga perut. Infeksi bakteri anaerob didalam perut membentuk abses, radang selaput rongga perut (peritonitis) dan radang usus buntu (apendisitis).

Saluran kelamin wanita. Bakteri anaerob menyebabkan abses panggul, penyakit radang panggul, peradangan dinding rahim (endometritis) serta infeksi panggul yang diikuti keguguran atau persalinan prematur.

Kulit dan jaringan lunak. Bakteri anaerob sering menyebabkan ulkus pada penderita diabetes, gangren, infeksi yang merusak lapisan kulit sebelah dalam dan jaringan serta luka infeksi akibat gigitan.

Susunan saraf pusat. Bakteri anaerob menyebabkan pembentukkan abses pada otak dan susunan saraf pada tulang belakang.

Aliran darah. Bakteri anaerob dapat ditemukan di dalam aliran darah penderita yang sakit (keadaan ini disebut bakteremia).

Penyebab dan Gejala-Gejala

Penderita yang mengalami syok, cedera atau menjalani tindakkan pembedahan serta mereka yang menderita penyakit pembuluh darah atau tumor beresiko tinggi terinfeksi oleh bakteri anaerob. Banyak jenis bakteri anaerob yang dapat menyebabkan infeksi. Dan juga, kebanyakkan infeksi anaerob adalah “infeksi campuran” artinya infeksi yang terjadi merupakan campuran dari beberapa bakteri yang berbeda. Bakteri anaerob yang paling sering menyebabkan infeksi adalah Bacteroides fragilis, Peptostreptococcus dan golongan Clostridium.

Tanda dan gejala-gejala infeksi bakteri anaerob bervariasi tergantung lokasi infeksi pada tubuh. Secara umum, infeksi bakteri anaerob menyebabkan kerusakkan jaringan, pembentukkan abses dengan nanah yang busuk serta demam. Gejala-gejala khas infeksi bakteri anaerob sesuai lokasi di tubuh adalah:
Gigi dan gusi. Pembengkakan dan perdarahan gusi, napas berbau dan rasa sakit. Infeksi berat menyebabkan luka berdarah.

Infeksi tenggorokan. Sakit tenggorokan, napas berbau, mulut terasa pahit, demam dan perasaan tercekik.

Infeksi paru. Nyeri dada, batuk, sesak napas, sputum/dahak yang berbau busuk dan kehilangan berat badan.

Infeksi dalam rongga perut. Rasa sakit, demam dan kemungkinan harus dilakukan tindakan pembedahan., serta keluarnya cairan nanah yang berbau busuk dari luka infeksi.

Infeksi panggul. Keluarnya nanah atau darah yang berbau busuk dari uterus, rasa sakit di seluruh tubuh atau pada panggul, demam dan menggigil.

Kulit dan jaringan lunak. Luka yang terinfeksi menyebabkan kemerahan pada kulit di sekitarnya, sangat sakit, pembengkakan dan cairan nanah yang berbau busuk. Infeksi kulit menyebabkan pembengkakan pada kulit yang sakit, rasa sakit, kemerahan, luka terbuka (ulkus) dengan nanah yang berbau busuk. Infeksi kulit berat menyebabkan kerusakkan jaringan kulit (nekrosis).

Aliran darah. Akibat masuknya bakteri pada aliran darah menimbulkan demam tinggi (40,6 derajat Celcius), menggigil, sakit berat dan berpotensi menjadi fatal.

Diagnosis

Diagnosis infeksi kuman anaerob ditegakkan berdasarkan gejala-gejala utama, riwayat medis penderita dan lokasi infeksi. Infeksi yang menghasilkan nanah berbau busuk dari suatu abses merupakan tanda pasti adanya infeksi anaerob. Nanah yang berbau busuk dibentuk oleh bakteri anaerob dan terjadi pada 1/3 hingga ½ penderita yang mengalami infeksi lanjut. Selain itu pada infeksi bakteri anaerob menimbulkan kerusakkan dan kematian jaringan (nekrosis) serta pembentukkan gas pada tempat terjadinya infeksi tersebut. Contoh jaringan dari bagian tubuh yang terinfeksi dapat diambil dengan menggunakan kapas lidi (swab) atau jarum suntik. Dengan demikian dapat ditentukan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Karena bakteri ini mudah mati akibat oksigen, kuman ini sulit tumbuh dan berkembang pada biakkan jaringan nanah di laboratorium.

Riwayat medis penderita juga sangat membantu dalam mendiagnosis infeksi bakteri anaerob. Penderita yang baru menjalani tindakan pembedahan, perawatan gigi, menderita tumor, penyakit pada pembuluh darah atau mengalami cedera rentan terhadap infeksi ini. Kegagalan terapi infeksi anaerob dengan antibiotika menyebabkan infeksi bakteri anaerob berlanjut. Lokasi infeksi dan jenis infeksi juga dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi ini
Pemeriksaan darah dilakukan jika ditemukan bakteri di dalam aliran darah dan pemeriksaan radiologi untuk melihat adanya infeksi pada organ-organ dalam tubuh.

Terapi

Infeksi yang serius membutuhkan pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Pengobatan dengan antibiotika harus segera diberikan. Pemeriksaan laboratorium untuk menentukan bakteri penyebab infeksi dan untuk menentukan antibiotika yang sensitif terhadap bakteri tersebut. Tidak semua antibiotika dapat mengatasi infeksi bakteri anaerob. Antibiotika yang masih sensitif terhadap bakteri anaerob antara lain: kloramfenikol, metronidazol dan imipenem. Antibiotika lainnnya yang biasa digunakan adalah klindamisin atau sefoksitin.

Pengangkatan atau drenase abses selalu dilakukan. Nanah didrenase dengan menggunakan jarum suntik pada abses kulit. Drenase juga dilakukan pada beberapa abses yang terletak pada organ-organ dalam dengan bantuan USG.

Prognosis

Penyembuhan sempurna dapat dicapai jika dilakukan pembedahan dan pengobatan antibiotika yang tepat. Jika tidak diobati dan dikontrol ulang maka infeksi dapat menimbulkan kerusakkan jaringan dan tulang sehingga membutuhkan tindakan bedah plastik untuk memperbaiki keadaan tersebut. Infeksi berat dapat mengancam nyawa seseorang.

Pencegahan

Walaupun infeksi bakteri anaerob dapat terjadi pada siapa saja, kesehatan lingkungan dan dan tubuh dapat mencegah terjadinya infeksi ini.


referensi : www.susukolostrum.com  

Kamis, 15 September 2011

Diagnosa keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Sebagai suatu aspek yang terpenting dalam proses keperawatan, perumusan diagnosa keperawatan ini sangatlah vital untuk dilakukan. Pernahkan kita mendengar beberapa diagnosa keperawatan pada pasien….?.
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Proses keperawatan telah diidentikan sebagai metoda ilmiah keperawatan untuk para penerima tindakan keperawatan. Kebanyakan kurikulum sekolah-sekolah keperawatan sekarang memasukkan proses keperawatan sebagai sautu komponen dari konsep kerja konseptual mereka. National Council of State Broads of Nursing menggunakan proses keperawatan sebagai dasar untuk Registered Nurse State Board Test Pool Examination (NCSBN). Pertanyaan –pertanyaan yang berhubungan dengan tindakan keperawatan dalam menangani keadaan pasien yang bervariasi disajikan sesuai dengan lima langkah dari proses keperawatan :
1. Pengkajian. Menetapkan data dasar seorang Pasien
2. Analisa. Identifikasi kebutuhan perawatan pasien dan seleksi tujuan perawatan
3. Perencanaan. Merencanakan suatu strategi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan untuk perawatan pasien.
4. Implementasi. Memulai dan melengkapi tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan
5. Evaluasi. Menentukan seberapa jauh tujuan-tujuan keperawatan yang telah dicapai.
Dengan mengikuti kelima langkah ini, perawat akan memiliki suatu kerangka kerja yang sistematis untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan yang terpenting adalah dalam hal memberikan dosis-dosis terhadap pasien ( diagnosa ).
Begitu banyaknya diagnosa keperawatan yang muncul dan ketika didiskusikan ternyata para perawat tersebut saling menyalahkan terhadap diagnosa keperawatan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka anut. Padahal jika kita merujuk kepada aspek profesionalisme, pastilah adanya suatu patokan terhadap diagnosa keperawatan yang muncul tersebut. Jika kita lihat kepada sumber maka diagnosa keperawatan yang benar untuk masalah di atas adalah “bersihan jalan nafas takefektif”. Ternyata ada jawaban yang telah mendekati benar hanya saja jawaban tersebut tidak/kurang lengkap terhadap diagnosa keperawatan yang dianut oleh NANDA.
Sehingga dalam makalah ini penulis mengambil tema yang berhubungan dengan latar belakang masalah diatas yaitu “ Diagnosa Keperawatan”.


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka penyusun merumuskan masalah untuk dikaji. Masalah pokok dalam pembahasan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apa pengertian dari Diagnosa Keperawatan ?
b. Apa saja Kategori-kategori Diagnosa Keperawatan ?
c. Bagaimana komponen – komponen diagnosa keperawatan ?
d. Bagaimana faktor-faktor atau gejala pemeliharaan dan penentuan sifat/ karakteristik Diagnosa Keperawatan?


C. Tujuan Pembuatan Makalah
Dalam penyusunan Makalah ini dengan tujuan sebagai berikut :
1. Bisa mengartikan atau menjelaskan tentang Diagnosa Keperawatan.
2. Bisa menyebutkan Kategori-kategori Diagnosa Keperawatan
3. Untuk mengetahui komponen – komponen diagnosa keperawatan
4. Untuk mengetahui faktor-faktor atau gejala pemeliharaan dan Penentuan sifat/karakteristik Diagnosa Keperawatan


D. Metode Penulisan
Metode yang dipakai oleh penulis adalah metode kepustakaan yaitu dengan cara membaca buku-buku yang berkenaan dengan permasalahan yang akan dibahas.


BAB II
PEMBAHASAN


A. Pengertian Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses keperawatan. Hal ini merupakan suatu komponen dari langkah-langkah analisa, dimana perawat mengidentifikasi “ respon-respon individu terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial.” Pada beberapa negara ( mis., Kansas, New york ) mendiagnosa diidentifikasikan dalam tindakan Praktik Keperawatan sebagai suatu tanggung jawab legal dari seorang perawat profesional.” Diagnosa keperawatan memberikan dasar petunjuk untuk memberikan terapi yang pasti dimana perawat bertanggung jawab di dalamnya” ( Kim et al, 1984).
Diagnosa keperawatan, sebagai suatu bagian dari proses keperawatan juga direfleksikan dalam standar praktik ANA. Standar-standar ini memberikan satu dasar luas mengevaluasi praktik dan merefleksikan pengakuan hak-hak manusia yang menerima asuhan keperawatan ( ANA, 1980).
Diagnosa keperawatan tidak dapat lebih lama diakui sebagai bagian dari masa depan keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah saat ini. Hal ini memberikan suatu tantangan bagi para pendidik dan administrator keperawatan untuk mendukung tidak hanya peserta didik keperawatan saat ini tapi juga perawat-perawat terdaftar saat ini merupakan staf dalam badan-badan keperawatan yang tidak pernah diperkenalkan kepada diagnosa keperawatan dalam program-program pendidikan dasar mereka.
Diagnosa keperawatan, konsep diagnosa dirancang untuk pola penghargaan. Diagnosa keperawatan untuk situasi perawatan kesehatan pasien/ keluarga meliputi nama diagnosa dan faktor-faktor berhubungan yang mempengaruhi awal gejala/ pemeliharaan dari suatu diagnosa aktual atau nama diagnosa dan faktor-faktor resiko tinggi. Diagnosa keperawatan, kemudian menjadi titik fokal untuk pengembangan tujuan, hasil yang diharapkan, intervensi dan evaluasi.

B. Kategori Diagnosis Keperawatan

1. Diagnosis Keperawatan Aktual
Diagnosis keperawatan aktual (NANDA) adalah diagnosis yang menyajikan keadaan klinis yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi. Diagnosis keperawatan mempunyai empat komponen : label, definisi, batasan karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnosis dan batasan karakteristik. Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa. Batasan karakteristik adalah karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada gejala yang ada dalam kelompok dan mengacu pada diagnosis keperawatan, yang teridiri dari batasan mayor dan minor. Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen : patofisiologi, tindakan yang berhubungan, situasional, dan maturasional.
Contoh diagnosis keperawatan aktual : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan transport oksigen, sekunder terhadap tirah baring lama, ditandai dengan nafas pendek, frekuensi nafas 30 x/mnt, nadi 62/mnt-lemah, pucat, sianosis.
2. Diagnosis Keperawatan Resiko
Diagnosis keperawatan resiko adalah keputusan klinis tentang individu, keluarga atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau hampir sama.
Validasi untuk menunjang diagnosis resiko adalah faktor resiko yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik. Penulisan rumusan diagnosis ini adalag : PE (problem & etiologi).
Contoh : Resiko penularan TB paru berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang resiko penularan TB Paru, ditandai dengan keluarga klien sering menanyakan penyakit klien itu apa dan tidak ada upaya dari keluarga untuk menghindari resiko penularan (membiarkan klien batuk dihadapannya tanpa menutup mulut dan hidung).
3. Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
Merupakan pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya faktor resiko.
Contoh : Kemungkinan gangguan konsep diri : gambaran diri berhubungan dengan tindakan mastektomi.
4. Diagnosis Keperawatan Sejahtera
Diagnosis keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnsosis ini adalah dengan menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan. Dalam menentukan diagnosis keperawatan sejahtera, menunjukkan terjadinya peningkatan fungsi kesehatan menjadi fungsi yang positif.
Sebagai contoh, pasangan muda yang kemudian menjadi orangtua telah melaporkan fungsi positif dalam peran pola hubungan. Perawat dapat memakai informasi dan lahirnya bayi baru sebagai tambahan dalam unit keluarga, untuk membantu keluarga mempertahankan pola hubungan yang efektif.
Contoh : perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orangtua baru.
5. Diagnosis Keperawatan Sindrom
Diagnosis keperawatan sindrom merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis keperawatan aktual atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
Contoh : sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.


C. Komponen diagnosis keperawatan
Ada tiga komponen yang esensial dalam suatu diagnosa keperawatan yang telah dirujuk sebagai bentuk PES ( Gordon, 1987 ). “ P “ diidendtifikasi sebagai masalah/ problem kesehatan, “E” menunjukan etiologi/ penyebab dari problem, dan “S” menggambarkan sekelompok tanda dan gejala, atau apa yang dikenal sebagai “ batasan karakteristik” ketiga bagian ini dipadukan dalam suatu pernyataan dengan menggunakan “ yang berhubungan dengan.” Kemudian diagnosa-diagnosa tersebut dituliskan dengan cara berikut : Problem “ yang berhubungan dengan “ etiologi” dibuktikan oleh “ tanda-tanda dan gejala-gejala ( batasan karakteristik ).
Problem dapat diidentifikasikan sebagai respons manusia terhadap masalah-masalah kesehatan yang aktual atau potensial sesuai dengan data-data yang didapat dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat. Etiologi ditunjukan melalui pengalaman-pengalaman individu yang telah lalu, pengaruh genetika, faktor-faktor lingkungan yang ada saat ini, atau perubahan-perubahan patofisiologis. Tanda dan gejala menggambarkan apa yang pasien katakan dan apa yang diobservasi oleh perawat yang mengidentifikasikan adanya masalah tertentu.
Informasi yang ditampilkan pada setiap diagnosa keperawatan mencakup hal-hal berikut :
1. Defenisi. Merujuk kepada defenisi NANDA yang digunakan pada diagnosa –diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan tersebut.
2. Kemungkinan Etiologi (“yang berhubungan dengan”). Bagian ini menyatakan penyebab-penyebab yang mungkin untuk masalah yang telah diidentifikasi. Yang tidak dinyakatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ]. Faktor yang berhubungan/ Risiko diberikan untuk diagnosa yang beresiko tinggi.
3. Batasan karakteristik (“dibuktikan oleh”). Bagian ini mencakup tanda dan gejala yang cukup jelas untuk mengindikasi keberadaan suatu masalah. Sekali lagi seperti pada defenisi dan etiologi. Yang tidak dinyatakan oleh NANDA diberi tanda kurung [ ].
4. Sasaran / Tujuan. Pernyataan –pernyataan ini ditulis sesuai dengan objektif perilaku pasien. Sasaran/ tujuan ini harus dapat diukur, merupakan tujuan jangka panjang dan pendek, untuk digunakan dalam mengevaluasi keefektifan intervensi keperawatan dalam mengatasi masalah yang telah diidentifikasi. Mungkin akan ada lebih dari satu tujuan jangka pendek, dan mungkin merupakan “batu loncatan” untuk memenuhi tujuan jangka panjang.
5. Intervensi dengan Rasional Tertentu. Hanya intervensi-intervensi yang sesuai untuk bagian diagnosa yang ditampilkan Rasional-rasional yang digunakan untuk intervensi mencakup memberikan klarifikasi pengetahuan keperawatan dasar dan untuk membantu dalam menseleksi intervensi-intervensi yang sesuai untuk diri pasien.
6. Hasil Pasien yang Diharapkan/ Kriteria Pulang. Perubahan perilaku sesuai dengan kesiapan pasien untuk pulang yang mungkin untuk dievaluasi.
7. Informasi Obat – obatan. Informasi ini mencakup implikasi keperawatan, menyertai bab-bab yang mana tiap klarifikasinya sesuai.


D. Faktor-faktor dan Penentuan Resiko/ Sifat Diagnosa Keperawatan
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama antara pasien dengan perawat, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 1989, dikutip oleh keliat, 1991 ).
Ada beberapa masalah yang nyata atau resiko yang mungkin terjadi akibat komplikasi dari penyakit atau dari pemeriksaan atau akibat pengobatan, yang mana masalah tersebut hanya bisa dicegah, diatasi, atau dikurangi dengan tindakan keperawatan yang bersifat kolaboratif. Label yang digunakan adalah : Potensial Komplikasi (PK).
Dibawah ini merupakan contoh Faktor-faktor disertai dengan penentuan resiko/ sifat diagnosa keperawatan:
a. Gangguan mobilitas fisik
Suatu keadaan dimana individu mengalami keterbatasan kemampuan dalam ketidak tergantungan pergerakan fisik.
Faktor-faktor yang berhubungan antara lain : Intoleransi aktivitas ; menurunnya kekuatan dan ketahanan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, gangguan perseptual atau kognitif, gangguan neuromuskular, gangguan muskuloskeletal dan Defresi; kecemasan berat.
Penentuan sifat/ karakteristik, ketidakmampuan untuk bergerak dengan bertujuan dalam lingkungan fisik, termasuk pergerakan ditempat tidur, berpindah dan ambulansi, segan untuk mencoba bergerak, keterbatasan rentang gerak range of motion, menurunnya kekuatan otot, kontrol dan atau massa otot, dibebani pembatasan pergerakan ; mencakup mekanik; protokol medis, gangguan koordinasi
b. Gangguan Perlindungan
Suatu keadaan dimana individu mengalami penurunan dalam kemampuannya untuk melindungi diri dari ancaman internal atau eksternal seperti penyakit atau cidera.
Faktor-faktor yang berhubungan¸ Usia lanjut, tidak adekuatnya nutrisi, penyalah gunaan alkohol, abnormalitas gambaran darah, penanganan / pengobatan ( operasi, radiasi ), penyakit seperti kanker dan kelainan daya kekebalan.
Penentuan sifat/ karakteristik, defisiensi kekebalan/ daya imun, gangguan penyembuhan, gangguan dalam proses pembekuan, respon maladatif terhadap stres, perubahan neurosensoris, ketakutan, berkeringat, dispnea, batuk, gatal-gatal, gelisah, sulit tidur, letih, anoreksia, lemah, imobilitas, disorientasi dan nyeri tekan.
c. Gangguan harga diri rendah situsional
Evaluasi/ perasaan negatif tentang diri yang berkembang sebagai respon terhadap kehilangan atau perubahan pada individu yang dulunya memiliki evaluasi diri yang positif.
Faktor-faktor yang berhubungan, akan menjadi berkembang.
Penentuan sifat/ karakteristik, kejadian secara episodik tentang penampilan diri yang negatif dalam merespon dengan kejadian hidup sehari-hari pada orang yang dulunya mempuanyai evaluasi diri yang positif, mengatakan perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak berguna, mengatakan dirinya negatif, mengekspresikan rasa malu/ bersalah dan kesulitan dalam membuat keputusan.


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosis Keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan klien (Carpenito, 2000; Gordon, 1976 & NANDA).
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.
Komponen Diagnosis Keperawatan
Rumusan diagnosis keperawatan mengandung tiga komponen utama, yaitu :
1. Problem (P/masalah)
Merupakan gambaran keadaan klien dimana tindakan keperawatan dapat diberikan. Masalah adalah kesenjangan atau penyimpangan dari keadaan normal yang seharusnya tidak terjadi.
Tujuan : menjelaskan status kesehatan klien atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkat mungkin. Diagnosis keperawatan disusun dengan menggunakan standart yang telah disepakati (NANDA, Doengoes, Carpenito, Gordon, dll), supaya :
a. Perawat dapat berkomunikasi dengan istilah yang dimengerti secara umum
b. Memfasilitasi dan mengakses diagnosa keperawatan
c. Sebagai metode untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan dengan masalah medis
d. Meningkatkan kerjasama perawat dalam mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan, sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2. Etiologi (E/penyebab),
Keadaan ini menunjukkan penyebab keadaan atau masalah kesehatan yang memberikan arah terhadap terapi keperawatan. Penyebabnya meliputi : perilaku, lingkungan, interaksi antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi :
a. Patofisiologi penyakit : adalah semua proses penyakit, akut atau kronis yang dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional : personal dan lingkungan (kurang pengetahuan, isolasi sosial, dll)
c. Medikasi (berhubungan dengan program pengobatan/perawatan) : keterbatasan institusi atau rumah sakit, sehingga tidak mampu memberikan perawatan.
d. Maturasional :
Adolesent : ketergantungan dalam kelompok
Young Adult : menikah, hamil, menjadi orang tua
Dewasa : tekanan karier, tanda-tanda pubertas.
3. Sign & symptom (S/tanda & gejala),
Adalah ciri, tanda atau gejala, yang merupakan informasi yang diperlukan untuk merumuskan diagnosis keperawatan.
Jadi rumus diagnosis keperawatan adalah : PE / PES.
Persyaratan Penyusunan Diagnosis Keperawatan
Perumusan harus jelas dan singkat dari respon klien terhadap situasi atau keadaan yang dihadapi
1. Spesifi dan akurat (pasti)
2. Dapat merupakan pernyataan dari penyebab
3. Memberikan arahan pada asuhan keperawatan
4. Dapat dilaksanakan oleh perawat
5. Mencerminan keadaan kesehatan klien.
Proses Penyusunan Diagnosis Keperawatan
1. Klasifikasi & Analisis Data
Pengelompokkan data adalah mengelompokkan data-data klien atau keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya. Pengelmpkkan data dapat disusun berdasarkan pola respon manusia (taksonomi NANDA) dan/atau pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982);
Respon Manusia (Taksonomi NANDA II) :
a. Pertukaran
b. Komunikasi
c. Berhubungan
d. Nilai-nilai
e. Pilihan
f. Bergerak
g. Penafsiran
h. Pengetahuan
i. Perasaan
Pola Fungsi Kesehatan (Gordon, 1982) :
a. Persepsi kesehatan : pola penatalaksanaan kesehatan
b. Nutrisi : pola metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Aktivitas : pola latihan
e. Tidur : pola istirahat
f. Kognitif : pola perseptual
g. Persepsi diri : pola konsep diri
h. Peran : pola hubungan
i. Seksualitas : pola reproduktif
j. Koping : pola toleransi stress
k. Nilai : pola keyakinan
2. Mengindentifikasi masalah klien
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi dimana klien perlu bantuan untuk mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, atau meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan oleh perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya
Identifikasi masalah klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
a. Menentukan kelebihan klien.
b. Menentukan masalah klien.
c. Menentukan masalah yang pernah dialami oleh klien
d. Penentuan keputusan
3. Memvalidasi diagnosis keperawatan
Adalah menghubungkan dengan klasifikasi gejala dan tanda-tanda yang kemudian merujuk kepada kelengkapan dan ketepatan data. Untuk kelengkapan dan ketepatan data, kerja sama dengan klien sangat penting untuk saling percaya, sehingga mendapatkan data yang tepat.
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi.
4. Menyusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritasnya
Setelah perawat mengelompokkan, mengidentifikasi, dan memvalidasi data-data yang signifikan, maka tugas perawat pada tahap ini adalah merumuskan suatu diagnosis keperawatan. Diagnosa keperawatan dapat bersifat aktual, resiko, sindrom, kemungkinan dan wellness.
Menyusun diagnosis keperawatan hendaknya diurutkan menurut kebutuhan yang berlandaskabn hirarki Maslow (kecuali untuk kasus kegawat daruratan — menggunakan prioritas berdasarkan “yang mengancam jiwa”) :
a. Berdasarkan Hirarki Maslow : fisiologis, aman-nyaman-keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri
b. Griffith-Kenney Christensen : ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana yang tersedia, peran serta klien, dan prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.
Kategori Diagnosis Keperawatan
1. Diagnosis Keperawatan Aktual
2. Diagnosis Keperawatan Resiko
3. Diagnosis Keperawatan Kemungkinan
4. Diagnosis Keperawatan Sejahtera
5. Diagnosis Keperawatan Sindrom

Kamis, 08 September 2011

Manfaat mandi air dingin

Mandi air panas atau air hangat rasanya memang enak dan nyaman. Bayangkan bila Anda pulang ke rumah setelah seharian beraktivitas, menumpang kendaraan umum berdesakan dengan orang lain, dengan mandi air panas rasanya akan membuat semua kotoran dan rasa lelah lenyap seketika.

Namun, tak hanya rasa nyaman yang didapat setelah mandi air panas, tetapi juga rasa penyesalan. Sebab, air panas ternyata membuat kulit kering dan mudah keriput. Sebab, air yang panas akan meluruhkan minyak alami yang terdapat pada kulit. Di lain pihak, meskipun terkesan menyeramkan bagi sebagian orang, mandi air dingin ternyata memberikan banyak manfaat. Berikut empat di antaranya:

1. Sirkulasi darah lebih baik
Air yang hangat akan mengalirkan darah ke kulit, sedangkan air dingin mengalirkan darah ke organ-organ tubuh. Perubahan antara panas dan dingin ini akan memicu sirkulasi yang lebih baik dalam darah, dengan memaksa darah untuk bergerak. Anda disarankan untuk mengubah air panas dan dingin beberapa kali, dan mengakhiri mandi dengan air dingin untuk membantu sirkulasi darah tersebut.

Kita perlu memastikan sirkulasi darah yang baik karena hal ini dapat mencegah berbagai kondisi, seperti hipertensi, pengerasan arteri, dan urat-urat kaki yang menonjol (varises). Sirkulasi darah yang baik akan memperbaiki sistem tubuh kita, sekaligus membuat penampilan kita lebih menarik.

2. Wajah lebih berkilau
Uap air panas cenderung akan membuka pori-pori. Dengan pori-pori wajah yang terbuka, kotoran akan lebih mudah dibersihkan. Namun, setelah selesai membasuh wajah, sebaiknya Anda menutup kembali pori-pori yang terbuka dengan mengguyurkan air dingin ke wajah. Membasuh wajah yang sudah bersih dengan air dingin juga akan mencegah pori-pori tersumbat kotoran dan minyak, yang menyebabkan masalah pada kulit seperti jerawat. Selain itu, air dingin juga membuat pembuluh darah menyempit sehingga mengurangi pembengkakan dan munculnya lingkar hitam di bawah mata. Hasilnya, kulit akan terlihat lebih berkilau.

3. Rambut lebih sehat
Seperti yang telah dikatakan tadi, air panas akan membuka pori-pori. Bayangkan bila pori-pori pada kulit kepala Anda terbuka, tentu rambut jadi mudah rontok. Sebaliknya, air dingin akan menutup kutikula yang menyebabkan rambut menjadi lebih kuat dan mencegah kotoran terkumpul di kulit kepala. Rambut yang lebih kuat juga tak akan mudah tercabut ketika Anda menyisirnya, dan dengan sendirinya memperlambat kerontokan rambut. Tak hanya itu, air dingin juga membuat rambut Anda lebih berkilau. Sebab, air dingin tidak melenyapkan minyak alami yang terdapat pada kulit kepala dan rambut.

4. Tubuh lebih bugar
Ingin bisa mengawali hari dengan tubuh yang segar dan bugar? Mandilah dengan air dingin, karena air dingin akan membantu "membangunkan" saraf-saraf dalam tubuh Anda. Selepas mandi air dingin, Anda juga lebih dapat mengatasi udara dingin di luar rumah. Hal ini berbeda dengan mandi air panas, yang akan membuat tubuh menjadi lemas. Itu sebabnya, mandi malam dengan air panas membuat Anda siap tidur nyenyak.

Mandi air dingin akan membuat Anda berenergi dan menguatkan seluruh esensi kehidupan Anda. Anda jadi lebih waspada dan bersemangat.

Bila Anda belum terbiasa mandi air dingin, cobalah cara ini secara bertahap. Misalnya, dengan mulai mengurangi kadar hangat yang Anda gunakan saat mandi. Pelan-pelan, buatlah menjadi lebih kurang hangatnya, mulai dingin, dan akhirnya dingin sama sekali. Mulailah dengan mengguyur kaki lebih dulu, baru perlahan mengguyur tubuh bagian atas. Bila sudah terbiasa, Anda akan menaklukkan rasa "takut" pada air dingin. Kelak, Anda bahkan tak akan sempat memikirkan apakah air tersebut dingin atau tidak.

9 ALASAN HARUS MAKAN IKAN


Ikan, termasuk "seafood" lainnya, merupakan jenis makanan sehat yang rendah lemak jenuh, tinggi protein, dan merupakan sumber penting asam lemak omega 3. Ikan baik untuk tambahan diet karena kaya akan vitamin, mineral, dan nutrisi yang dibutuhkan agar tubuh tetap sehat. Orang yang sering makan ikan cenderung mengonsumsi lebih sedikit daging dan keju.

Beberapa cara sehat untuk memasukkan ikan dalam program diet Anda di antaranya bisa dengan cara dipanggang, rebus, dan dikukus. Ikan sangat direkomendasikan oleh banyak pakar kesehatan sebagai makanan dengan manfaat kesehatan yang kompleks.
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang dapat Anda peroleh dengan mengonsumsi ikan.

1. Kesehatan kardiovaskular
Asam lemak omega 3 yang ditemukan dalam ikan telah terbukti manfaatnya bagi jantung, arteri, dan vena yang membentuk sistem kardiovaskular Anda. Konsumsi ikan dapat membantu mencegah penyakit jantung dan gagal jantung dengan mencegah akumulasi trigliserida, mengurangi tingkat trigliserida berlebih, meningkatkan HDL (kolesterol baik), dan mencegah pembekuan darah. Studi para ahli dari Harvard School of Public Health menyimpulkan, makan sampai dua porsi ikan dalam seminggu dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit jantung tiga kali lipat.

2. Menurunkan tekanan darah
Minyak ikan sangat berguna untuk menurunkan tekanan darah, tetapi peran mereka dalam pencegahan belum jelas. Namun, mengasup banyak  minyak ikan tidak dianjurkan.

3. Menurunkan berat badan
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan di University of Georgia, minyak ikan dengan DHA membantu menghentikan konversi pra-sel lemak ke dalam sel lemak sehingga mengurangi penumpukan lemak secara keseluruhan. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan, konsumsi kapsul minyak ikan diikuti dengan berolahraga efektif menurunkan lebih banyak lemak daripada olahraga tetapi tanpa asupan suplemen minyak ikan.

4. Menekan risiko kanker
Omega 3 dalam ikan telah terbukti membantu mencegah tiga jenis kanker yang paling umum, yakni kanker payudara, kolon, dan prostat. Suplemen minyak ikan juga dapat membantu pasien yang menderita hiperlipidemia.

5. Meningkatkan fungsi otak
Asam lemak omega-3 pada ikan dapat membantu perkembangan otak Anda. Asupan omega-3 yang tepat dapat membantu meningkatkan fokus mental pada anak-anak dan orang dewasa. Sebuah studi baru menunjukkan, suplemen minyak ikan dapat meningkatkan memori pada orang dewasa. Para peneliti juga menemukan manfaat asam lemak omega-3 pada ikan dalam meningkatkan perkembangan otak bayi dan anak-anak.

6. Melawan peradangan
Ikan, terutama minyak ikan, memiliki sifat anti-inflamasi. Oleh karena itu, ikan efektif dalam mengurangi peradangan dalam darah dan jaringan. Asam lemak omega-3, khususnya EPA, banyak ditemukan dalam minyak ikan dan memiliki efek yang sangat positif pada respons inflamasi sehingga sangat membantu dalam mengurangi radang sendi, prostatitis (radang prostat), dan sistitis (radang kandung kemih).

7. Menyehatkan mata
Konsumsi ikan sangat baik karena mempunyai kemampuan dalam memperbaiki penglihatan. Ikan dapat melawan degenerasi makula (bagian tengah retina), glaukoma, dan sindrom mata kering. Sebuah studi baru menemukan bahwa orang yang makan setidaknya dua porsi ikan per minggu lebih kecil kemungkinan mengalami degenerasi makula terkait (penyebab utama kebutaan terkait usia) dibandingkan orang yang tidak makan ikan sama sekali. Para peneliti mengatakan, asam lemak omega-3 dapat mengurangi risiko inflamasi dan meningkatkan fungsi pembuluh darah.

8. Perawatan kulit
Konsumsi ikan membantu menjaga kulit dalam kondisi baik. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Lipid Research, asam lemak omega-3 EPA yang ditemukan dalam minyak ikan dapat membantu mencegah keriput dan menunda proses penuaan kulit. Bahkan, menurut beberapa studi terbaru, suplemen minyak ikan dapat menjaga kulit dari kerusakan akibat paparan sinar matahari.

9. Mengatasi depresi
Asam lemak omega-3 dalam minyak ikan baik untuk mengurangi depresi dan kecemasan. Studi telah menemukan bahwa masyarakat yang mengonsumsi banyak ikan memiliki tingkat depresi yang lebih rendah.

sumber : 
http://www.dechacare.com